Select Menu

BERITA TERKINI

INFO PRD MNUKWAR

PNWP & KNPB

POLHUKAM

INTERNASIONAL

FOTO & VIDEO

TANAH WEST PAPUA

CATATAN BEBASNYA 4 MANTAN NARAPIDANA POLITIK DI MNUKWAR

 Oleh: Yan Christian Warinussy

 

 

Hari Sabtu, 3 September 2016 tepat pukul 07:30 wit pagi hari dengan suasana cuaca yang cerah dan matahari pagi yang bersinar terang, saya Advokat Yan Christian Warinussy dan Advokat Semuel Harun Yensenem tiba di halaman depan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Manokwari di Kampung Ambon-Manokwari.
Kedatangan kami Tim Advokat dari Lembaga Penelitian, Pengkajian dan Pengembangan Bantuan Hukum (LP3BH) Manokwari adalah untuk menjemput saudara Alexander Nekenem (Ketua KNPB wilayah Mnukwar) bersama ketiga rekannya, masing-masing: Maikel Aso, Yoram Magay dan Narko Murib, yang sesuai rencana akan bebas hari ini, setelah menjalani hukuman pidana di Lapas Manokwari selama kurang lebih satu tahun.
Kami bertemu dengan salah satu petugas Lapas Anak Papua, kalau tidak salah dia bermarga Rumsayor. Dia menyapa kami dengan ramah dan kami bercakap sebentar, lalu datang Kepala Lapas Manokwari, Pak Sianthe (mamanya adalah kakak Perempuan dari Hengky Heipon/mantan pemain sepakbola Persipura era 1960-an hingga 1970-an dan mantan Pelatih Persipura juga).
Kalapas katakan begini: “Pak Warinussy, ini mereka (maksudnya Alexander Nekenem, dkk) sudah selesai administrasi (maksudnya menandatangani surat lepas dari Lapas) dan sedang salam-salaman dengan warga lainnya di dalam Lapas dulu”.
Kemudian Kalapas pamit dan masuk ke dalam Lapas, meninggalkan Tim LP3BH bersama petugas Lapas tadi.
Sementara kami bercakap lagi, kami lihat ada beberapa anggota intel dari Polres Manokwari dan juga Kodim datang dengan menggunakan kendaraan roda dua dan memarkir kendaraannya ada yang di dalam halaman depan Lapas dan ada yang di jalan raya depan Lapas.
Bahkan ada beberapa anggota intelijen dari BIN, BAIS maupun Kopassus yang terlihat di sekitar depan Lapas Manokwari bersama seorang “informan” BIN atau Kopassus yang bernama Musa Karubaba di sebuah mobil jenis Toyota Innova warna hitam.
Juga datang salah satu anggota Intelkam Polda Papua Barat atas nama Pak Kompol Pasaribu, dia kemudian bergabung dengan kami Tim LP3BH dan melanjutkan percakapan sambil menunggu saat Nekenem Dkk akan keluar dari Lapas.
Tidak terasa percakapan berlangsung hingga waktu menunjukkan pukul 09:30 WIT.
Kemudian kami mendengar informasi bahwa massa KNPB dan rakyat Papua yang melakukan long march dari Amban hendak menuju Lapas untuk ikut menjemput Nekenem Dkk sudah dihadang oleh ratusan aparat kepolisian dari Polres Manokwari dan Brimob Polda Papua Barat (PB) di depan Hotel Triton, Fanindi.
Rupanya penghadangan tersebut dipimpin langsung oleh Kapolres Manokwari, AKBP Christian Roni Putra, SIK, MH dan Kasat Brimob Polda PB, Kombes Pol Desman Tarigan.
Kurang lebih jam 09:45 WIT, Kalapas Manokwari membuka pintu gerbang Lapas dan memanggil Advokat Yan Christian Warinussy bersama Tim untuk masuk sejenak ke dalam Lapas.
Ternyata Kalapas mengajak kami bertemu saudara Alexander Nekenem Dkk di ruang kerja Kalapas dan berbincang sejenak, Kalapas menyampaikan terima kasih kepada Nekenem Dkk yang dianggap berkelakuan sangat baik selama berada sebagai warga Lapas Manokwari dan memohon maaf apabila ada kekurangan dalam pelayanan selama mereka menjalani hukuman di Lapas.
Alexander Nekenem dan Narko Murib secara bergantian juga mewakili rekan-rekannya memohon maaf atas kelakuan mereka yang mungkin dipandang salah oleh Kalapas dan staf selama mereka ada di dalam.
Hadir juga, saudara Ruben Bonay, Ketua Parlemen Daerah Mnukwar yang juga menyampaikan terima kasih atas nama KNPB dan PNWP atas kesabaran Kalapas dan jajarannya dalam membina keempat mantan Napol ini di Lapas Manokwari.
Kemudian Advokat Yan Christian Warinussy memimpin doa bersama menutup pertemuan tersebut.
Tepat pukul 10:10 WIT, kami bersalaman dengan Kalapas dan petugas. Lalu, beranjak menuju gerbang untuk keluar bersama keempat aktivis KNPB wilayah Mnukwar. Tiba-tiba masuk Kapolsek Manokwari, AKP Suroto berpakaian seragam polisi dengan membawa sebuah handy talky (HT) ditemani Kasat Reserse Narkoba Polres Manokwari, IPTU Nirwan Fakaubun yang berpakaian preman.
Kapolsek mengatakan kepada Advokat Yan Christian Warinussy, begini: “Pak Warinussy, ini ada perintah dari Kapolres agar bapak bersama pak Nekenem Dkk dari Lapas langsung kami arahkan ketemu massa yang ada ditahan di Makalew Fanindi”.
Advokat Yan Christian Warinussy menyanggah dengan mengatakan, “Pak Kapolsek, saya ini datang ke Lapas untuk menjemput para klien saya ini yang sudah bebas secara hukum hari ini dan kami dari sini akan menuju ke kantor LP3BH untuk melakukan konferensi pers dulu, baru setelah itu saya akan antar mereka kembali ke keluarga mereka di Amban”.
Kapolsek kemudian mohon ijin mau koordinasi dulu dengan Kapolres by phone.
Sementara itu, Advokat HAM Warinussy bersama Advokat Yensenem dari LP3BH bersama keempat kliennya langsung berjalan keluar dari pintu Lapas sambil meninggalkan Kapolsek Manokwari dan menuju ke mobil yang sudah disiapkan oleh LP3BH untuk menjemput saudara Nekenem Dkk yang diparkir di pinggir jalan di depan Lapas.
Kami menumpang mobil bersama keempat mantan Napol KNPB Mnukwar meninggalkan komplek Lapas Manokwari melewati Jalan di depan Asrama Polres Manokwari menuju Jalan Siliwangi, lewat di depan Gedung DPR PB terus ke arah Borarsi dan memasuki jalan Jenderal Sudirman terus ke Jalan Yos Sudarso dan berputar di dekat Hadi Department Store, lalu menuju ke arah Fanindi dan berhenti tepat di depan kumpulan massa KNPB bersama rakyat Papua yang telah menunggu di depan Hotel Triton.
Massa dikawal ketat oleh aparat Polisi dan Brimob bersenjata lengkap dengan beberapa unit kendaraan barakuda maupun water canon dan truk serta mobil box bahkan bus dan 6 buah truk yang sudah disiapkan untuk mengangkut massa ke Amban.
Kapolsek Manokwari kembali meminta saya untuk berbicara dengan Kapolres Manokwari, dan Kapolres mengatakan, “Pak tolong sampaikan kepada massa agar naik truk dan kami antar dan kawal ke Amban”.
Saya katakan kepada Kapolres: “Pak Kapolres, kami akan berjalan ke kantor saya dekat dari sini saja”. Tetapi, Kapolres dengan tegas membalas: “Lebih baik massa naik truk, kalau massa mau jalan, tetap kami akan bubarkan”.
Saya kemudian berjalan meninggalkan Kapolres sambil mengikuti massa yang sudah mulai bergerak dan berjalan ke arah kantor LP3BH Manokwari. Kami tetap dikawal oleh aparat tanpa ada gangguan apapun hingga tiba di kantor LP3BH yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi semula di depan Hotel Triton.
Saya dan saudara Semuel Yensenem bersama keempat mantan Napol KNPB dan Jubir KNPB Papua, Bazoka Logo memasuki kantor LP3BH bersama sejumlah wartawan media cetak dan elektronik.
Tidak tampak ada satupun intel yang masuk ke halaman dan ke dalam kantor LP3BH, dan jumpa pers dimulai dengan penjelasan dari Advokat Yan Christian Warinussy mengenai bebasnya Nekenem Dkk dan kronologis awal kejadian. Dimana mereka pada tanggal 20 Mei 2015 melakukan aksi penyampaian pendapat kepada pimpinan negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group (MSG) yang sedang bersidang di Honiara, Kepulau Solomon agar menerima aplikasi keanggotaan dari United Liberation Movement for West papua (ULMWP) sebagai anggota penuh (full member) MSG.
Akibatnya, Alexander Nekenem Dkk kemudian ditangkap oleh aparat Polisi dan Brimob dan dibawa ke Mako Brimob hingga diproses hukum dengan tuduhan secara bersama-sama melakukan tindak pidana penghasutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 160 KUH Pidana juncto pasal 55 ayat 1 ke-1 KUH Pidana.
Mereka berempat kemudian dituntut pidana 2 tahun oleh Jaksa. Tetapi, oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Manokwari yang diketuai Maryono, SH (mantan Ketua PN. Manokwari) divonis dengan pidana 1 tahun dan 6 bulan.
Kemudian secara bergantian keempat aktivis KNPB yang baru bebas tersebut, masing-masing berbicara menyampaikan kesan-kesan selama mereka ditahan dan menjalani hukuman mulai dari tahanan di Mako Brimob hingga ke Lapas Manokwari sampai bebas hari ini (Sabtu, 3/9).
Alexander Nekenem katakan: “Hari ini kami bebas dan keluar dari penjara kecil Indonesia dan masuk ke dalam penjara besar lagi”.
Jubir KNPB Papua, Bazoka Logo lanjut dengan menyampaikan pandangan politik KNPB.
Jumpa pers kami akhiri dan kami semua berjalan keluar ke depan jalan Gunung Salju, dimana massa sudah menunggu dan mereka diarahkan lagi oleh Kapolres Manokwari dan Kasat Brimob Polda PB, agar mau naik ke truk untuk diantar ke Amban.
Sempat terjadi tawar-menawar diantara Polisi dan koordinator lapangan dari aksi tersebut, tetapi akhirnya massa dan keempat mantan Napol setuju ikut truk dan diantar ke Amban.
Dengan kawalan ketat aparat bersenjata lengkap di bawah pimpinan Kapolres Manokwari dan Kasat Brimob Polda PB, massa diantar hingga diturunkan di depan Polsek Amban dan tanpa kawalan lagi. Massa melakukan arak-arakan dengan sangat damai melintasi Jalan Gunung Salju hingga memasuki Kompleks Amban Permai, dimana ada Sekretariat KNPB Mnukwar.
Advokat Yan Christian Warinussy ikut mendampingi massa hingga masuk ke sekretariat KNPB dan beribadah bersama dengan seluruh anggota KNPB dan para pimpinan KNPB Papua maupun keempat mantan napol tadi. Ibadah dipimpin oleh pelayan firman, saudara Martinus Manggara dari Sanggeng dalam-Manokwari.
Selesai ibadah diikuti acara proses adat menerima kembali keempat aktivis KNPB tersebut melalui acara memanah seekor anak babi dan langsung dibakar untuk makan bersama.
Demikian laporan dari Tim LP3BH Manokwari (Advokat Yan Christian Warinussy, dan Advokat Semuel Harun Yensenem).

Peace…

Penulis adalah Advokat dan Pembela HAM di Tanah Papua, Direktur Eksekutif LP3BH Manokwari. Pernah meraih Penghargaan Internasional di Bidang HAM “John Humphrey Freedom Award” tahun 2005 dari Canada.


sumber : suarapapua.com
 http://suarapapua.com/2016/09/06/catatan-bebasnya-empat-mantan-napol-manokwari/


ULMWP Bersama Rakyat Dimediasi KNPB Lakukan Ibadah Syukuran dan Penyampaian Hasil KTT PIF



Mnukwar,  25 September 2015. Gerakan persatuan pembebasan untuk Papua Barat atau United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) yang merupakan 3 komponen perjuangan yang bersatu yaitu, Negara Federal Rebuplik Papua Barat (NFRPB), Parlemen Nasional Papua Barat (PNWP) dan West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL) dewan komite dalam negeri bersama  dan semua organisasi gerakan serta seluruh komponen rakyat bangsa Papua Barat, telah mengadakan ibadah syukuran serta penyampaikan hasil KKT PIF. Dimana isu West Papua telah dibahas dalam pertemuan Pasifik Island Forum (PIF) 07-11 September 2015 di Port Moresby PNG beberapa waktu lalu.
Ibadah syukuran tersebut dilaksanakan pada hari Jumat 25 september 2015 di sekretariat KNPB Jalur Gaza, Mnukwar. Ibadah syukuran yang penuh hikmat itu dimulai pada pukul 10.00 wpb, hingga berakhir pada pukul 01.00 wpb.
Ibadah syukuran dan penyampaian hasil ULMWP Lobi di PIF.dengan turunan NRFPB, PRD, WPNCL Wilayah Domberay- Manokwari Mengucapkan Terimakasih Kepad YTH:

 1. Pimpinan -  pimpinan negara kawasan Pasifik

2. PM. Salomon Island, Manasye Sogavare

3. Direktur Eksekutif Pasific Islands Association of Ngos (PIANGO),

4. LSM peduli kemanusian dan masyarakat Internasional. atas dukungan dan    

    membicarakan masalah pelanggaran HAM di Papua Barat dalam forum PIF.

Renungan singkat dipimpin oleh ev. nunit pahabol, s.th. dalam khotbah dikuti dalam kitab 1 tawarik 16 ayat 7- 20, dalam renungan tersebut mengajak semua pejabat negara maupun pejabat daerah papua sedang dalam kegelisahan karena uang namun aktifis Papua jangan pernah gelisah tetapi miliki hikmat dan bersandar kepada Tuhan dan berjuang bersam Tuhan Yesus, pdt. Pahabol juga menjelaskan walaupun siapapun dia, frofesor, doktor yang setinggi langit tidak akan membangun tanah Papua. Pemerintah Indonesia dan  pejabat Papua kacau balu  karena orang pintar dan nafsu uang banyak.
Setelah renugan singkat dilanjutkan dengan sambutan: sambutan pertama disampaikan oleh Parlemen Rakyat Daerah (PRD) mnukwar. melalui sekretaris Rafael Natkime. setelah kita bersatu dalam ULMWP berdasarkan deklarasi di saralana pada tahun 2014 lalu kini ada kemajuan politik yang luar bisa, setelah kita bersatu kita ajukan aplikasi di MSG pada bulan februari 2015, 3 bulan kemudian kita kita diterima di MSG sebagai observer.
Kita menjadi Obesrver mulai melakukan lobi-lobi dilakukan di beberapa negara Pasifik oleh ULMWP selama 2 bulan namun isu west papua mejadi satu isu dari agenda yang ditetapkan oleh sekertariat PIF dari 700 isu yang diusulkan dari melanesia polenesia dan mickronesia di sekertariat PIF. Kemudian isu West Papua berhasil dibahas dalam forum PIF. Kemurahan Tuhan, isu West Papua dibahas di Pasifik Island Forum (PIF) tegasnya. Selanjutnya, dihimbau kepada rakyat west papua di tanah air agar tidak terprofokasi dengan isu profokatif yang berunsur SARA. Jika ada persoalan unsur SARA maka segera diselesaikan secepatnya dan tidak berkepanjangan. Kita bersama tetap menjaga kedamaian di tanah West Papua hingga proses hak penentuan nasib sendiri diselesaikan di tingkat internasional. Pungkasnya juga bahwa kini pintu deklonisasi PBB sudah mulai goyang sehingga dimohon semua komponen tetap berdoa dan bekerja. Saudara kita dari Negara-negara kawasan pasifik dan Negara-negara ras Melanesia tidak tingal diam.
Sambutan berikut dari sekretaris Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Wilayah Mnukwar, Melkias Beanal. Dalam sambutan  menjelaskan mekanisme kerja dalam  ULMP, KNPB sebagi media yang nantinya mediasi serta sebagai eksekutor setiap agenda penentuan nasib sendiri dari tiga 3 organ WPNCL, NRFPB, WPNCL, karena tiga organ besar bersatu dalam satu payung besar ULMWP. ketika agande kerja akan diturunkan oleh ulmwp kepada tim  kerja dari tim kerja dalam negeri akan melanjutkan ke daerah, setiap wialayh KNPB wilaya sebagai media akan mediasi rakyat mengadakan kegiatan dalam bentuk ibadah maupun aksi. ibadah dan penyampaian hasil hari ini merupakan salah satu agenda dari ULMWP yang dipercayakan kepada tim kerja ulmwp untuk di kerjakan dalam negeri tanah Papua.
selanjutnya sekretaris KNPB Mnukwar membacakan hasil ULMWP lobi di PIF dan membacakan statemen politik rakyat West Papua.  dalam pembacaan statemen ada 5 poin penting yang dibacahkan oleh Melkias Beanal adalah sebagai berikut:
1.    Kami rakyat  West Papua, mendukung penuh atas sikap PM. Salomon Island, Manasye Sogavare atas sikapnya menetapkan kerangka acuan dan rencana aksi terkait Papua Barat, terutama dalam proses di komite dekolonisasi atau komite 24 (c24) PBB. “bersandar pada penilaian Hak Asasi Manusia yang mana   akan menentukan apakah beberapa langkah hukum perlu diambil.
2.      Mendesak kepada  PBB agar segerah kirim tim pencari fakta atau pelopor khusus ke tanah Papua Barat, tentang berpendapat dan berexpresi kemanusiaan internasional di Papua Barat.
3.      kami rakyat  West Papua mendesak, kepada pemerinta indonesia, segerah membuka akses wartawan asing ke tanah Papua Barat tanpa syarat apapun, untuk meliput di seluruh tanah West Papua.
4.      Pemerintah Indonesia segera hentikan diplomasi kotor dan propoganda politik terhadap dunia Internasional sebab hal ini hanya menutupi pelangaran HAM di Papua Barat.
5.      Ucapan terima kasih rakyat West Papua kepada pemimpin-pemimpin Negara kawasan yang telah membicarakan masalah West Papua di PIF. Ini adalah langkah terbaik dan maju untuk menyelamatkan west papua pada khususnya, dan Melanesia barat, serta kawasan Pasifik pada umumnya.
Kami rakyat Papua Barat meminta pemerintah pusat (Jakarta) untuk segerah membuka ruang demokrasi di Papua Barat tanpa diskriminasi.
Setelah semua rangkaian ibadah syukuran dan penyampaian hasil lobi sekaligus membacakan statemen politik rakyat Papua Barat,  berakhir pada pukul 01.00 wpb. 

FOTO - FOTO











BESOK, KNPB-PRD TIMIKA MENGGELAR GERAKAN DOA LINTAS BANGSA MELANESIA


KnpbnewsTimika—Dalam bentuk dukungan terhadap United Of Liberation Movement For West Papua (ULMWP) membawa aplikasi West Papua ke Melanesia Spearhead Group (MSG) Komite Nasional Papua Barat (KNPB) kembali mediasi rakyat Papua dan bersama Parlemen Rakyat Daera (PRD) besok kamis (04/06/2015) menggelar Ibadah Pembukaan Gerakan Doa Lintas Bangsa (GDLB) “Melanesia”.


Kegiatan Doa dan Puasa Gerakan Doa Lintas Bangsa (GDLB) dengan Thema : Doa satu Jam Besar Kuasa” terambil dari Kitab suci Alkitab terdapat dalam Injil Matius 26:40. Besok akan membuka secara resmi dan akan berlanjut hingga Aplikasi West Papua diterima Forum MSG, masih sampai Papua Merdeka.


Dalam undangan panitia mengundang seluruh rakyat Papua yang berdomisili Timika seperti hamba-hamba Tuhan Pendeta, Gembala, Pastor, Uskup, (Toko Agama) Kepala suku, Kepala Kampung, Ketua Rt, (Toko Adat) Pns, Karyawan, Buru, Petani, Nelayan, (Toko Masyarakat) Gerakan Pemuda dan Mahasiswa (Toko Pemuda), dan Toko Perempuan, untuk hadir dalam Ibadah Gerakan doa dan Puasa Lintas Negara Melanesia. 


Sesuai dengan Firman Tuhan dalam mazmur 84: 11 “ sebab lebih baik satu hari di pelataranmu dari pada seribu hari ditempat lain (satu hari untuk bangsa Papua)”. 


Maka dengan penuh suka cita rakyat bangsa papua menungndang dalam rangka mendukung dan mendokan Pemerintah Vanuatu, Pemerintah VIJI, Pemerintah Solomon, Pemerintah Kanaki, dan Pemerintah PNG.


Supaya kelima Negara-negara Melanesia tersebut menerima West Papua menjadi anggota Resmi Melanesia Spearhead Group (MSG).


Adapun susunan kegiatan seperti Pembukan, Ibadah, Nyanyian Pembukaan, Doa Pembukaan, Rennungan Singkat, Gerakan doa Lintas Bangsa.
Doa pujian dan penyembahan, doa penyesalan dan penyembuhan, doa peperangan rohani, doa permintahan.


Doa Getsemani Doa Pemerintah Vanuatu, Pemerintah VIJI, Pemerintah Solomon, Pemerintah Kanaki, dan Pemerintah PNG. Dan penutup.


Gerakan Doa Lintas Bangsa ini besok akan mulai sampai dengan ULMWP membawa West Papua Masuk menjadi Anggota Resmi dalam Negara-negara Melanesia dalam forum (MSG), sehingga KNPB-PRD Wilayah Mimika mengharap Rakyat Orang Asli Papua (OAP) rambut keriting hitam kulit memohon medukung dalam Gerakan Doa lintas Bangsa Melanesia.
KNPB-PRD-Timika


http://knpb-prd-wilayah-bomberay.blogspot.com/

Yesus Itu Sosialis, Sang Pemerontak!

Yesus Kristur Sang Revolusi Dunia  (Foto, Dok Yeimo)
Oleh : Victor Yeimo
 
Yesus Itu Sosialis, Sang Pemerontak!

Yesus mengkhotbahkan kesetaraan manusia di hadapan Allah; Dia mengkhotbahkan keadilan; Dia mengajarkan kesederhanaan dan kepedulian pada yang hina. Dia mendatangi perkampungan kumuh, tempat pelacuran, dan rumah orang lepra. Dia obrak-abrik para pedagang uang di pelataran Bait Allah dan menghardik mereka sebagai penyamun. Dia disalib oleh Gubernur Palestina yang bekerja sama dengan pemuka-pemuka agama, Farisi penguasa Bait Allah, dengan tuduhan sebagai pemberontak.
Ya, Dia memang memberontak. Tapi bukan hanya pada pemerintahan lalim. Dia menggugah kaum tertindas memberontak pada tatanan sosial-ekonomi yang korup dan menindas; pada tatanan sosial-ekonomi yang bertumpu pada penghisapan dan pemerasan kaum lemah.

Ia juga memberontak terhadap ritual-ritual formal penuh kemunafikan; liturgi yang kosong dari kepedulian terhadap kaum lemah. Ingat ketika Yesus bersabda: “Ahli-ahli Taurat itu dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu ikutilah dan lakukan segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi” (Matius 23: 1-7).

Yesus menentang penghisapan manusia oleh manusia. Bagi-Nya semua manusia setara di mata Allah. Tidak boleh ada yang mengambil manfaat secara keji dari orang lain karena kedudukannya. Apalagi dengan cara menindas. Semua manusia adalah saudara. Ingatlah Yesus bersabda: “Janganlah kamu disebut rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara” (Mat. 23: 8).

Sekarang memang tidak ada yang disebut Rabi di kalangan Kristen. Tapi bukan berarti lembaga Rabi musnah. Tidak! Di kalangan Kristen ada orang-orang yang ingin disebut pendeta, minister, reverend, pengkhotbah, dan segala tetek-bengek titel lain yang mencoba menempatkan dirinya di atas manusia lain dan mengambil manfaat dari persembahan orang-orang Kristen untuk memperkaya diri. Orang Kristen tidak hanya lupa pada sabda Yesus, tapi juga lupa pada kritik Martin Luther terhadap hirarki dalam beragama. Luther manghapuskan hirarki yang menindas bukan untuk melanggengkan sistem lama dengan nama baru!

Lupakah kita pada sabda Yesus: “Barang siapa terbesar di antara kamu, hendaklah dia menjadi pelayanmu” Ya. Kita lupa. Ketika kita besar, yang terjadi adalah kita ingin dilayani. Naik mobil mewah, lalu dijemput dengan penuh kehormatan munafik. Memasuki gereja megah, menerima salam dan persembahan jemaat sehingga bisa ziarah ke tanah suci sesering mungkin. Para pengkhotbah menjual Getsemani, Yerusalem, Danau Galilea, dan Bethlehem melalui perusahaan tour and travelnya untuk bisa membangun rumah megahnya di kawasan elit.

Yesus benci hirarki. Ingatlah Dia bersabda: “Barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, dia akan ditinggikan” (Mat. 23: 11). Bagi Yesus, manusia itu setara. Tidak boleh ada kelas-kelas yang menempatkan manusia ke dalam lapisan-lapisan tinggi-rendah sehingga yang tinggi bisa memeras si rendahan. Sama rata sama rasa, itulah ajaran Yesus. Mengapa para pengkhotbah tidak mengkhotbahkan ayat ini? Karena mereka teruntungkan oleh keadaan yang menempatkan mereka di kedudukan lebih tinggi dari umat awam. Dari kedudukan itu mereka bisa memperoleh previlage, penghormatan, rumah dinas, dan persepuluhan!

Para penindas adalah musuh Yesus. Lupakah kita pada sabdanya: “Calakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat” (Mat. 23: 14).

Di kalangan Kristen, para pemimpin jemaat merasa tidak menjadi sasaran sabda ini karena mereka bukan ahli Taurat, bukan Farisi! Keliru, mereka sungguh keliru. Para ahli Alkitab dan rohaniwan yang bekerja sama dengan penindas atau membiarkan penindasan terjadi, atau malah melakukan penindasan itu sendiri akan dihukum lebih berat. Farisi-farisi dalam kalangan Kristen tidak sedikit. Mereka bekerja sama dengan penguasa lalim; dengan kapitalis penindas kaum pekerja, menutup mata dan pura-pura tak tahu penggusuran tempat-tempat orang miskin mencari nafkah dengan alasan bahwa rakyat tertindas itu bukan Kristen. Sungguh picik. Persis seperti Farisi-farisi penguasa Bait Allah.

Ingatlah Yesus bersabda: “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis, dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan” (Mat. 23: 23).

Setiap waktu kita bayar persepuluhan, tapi yang kita bayarkan adalah dari hasil keringat-darah orang yang kita rampas haknya. Kita bayar persepuluhan buat gereja, tapi kita menindas orang lain untuk menumpuk-numpuk kekayaan kita sendiri. Kita bangga dengan bangunan gereja kita yang megah sementara itu orang-orang yang bekerja pada kita hidup sengsara tanpa tunjangan memadai sambil menyalahkan mereka sebagai orang bodoh dan malas. Toh mereka bukan Kristen. Bodoh! Kalian yang bodoh. Yesus tidak pernah bilang bahwa kita hanya harus peduli pada orang Kristen! Pesan Yesus adalah kita tidak boleh menindas pada sesama manusia; bukan urusan-Nya sesama itu Kristen atau bukan.

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih” (Mat. 23: 25-26). Kita sering mendengar para pengkhotbah menganjurkan orang-orang kaya yang memperoleh kekayaannya dari memeras tenaga pekerja atau dari menipu kaum lemah, untuk rajin bersedekah atau memberikan persepuluhan secara rutin agar bisa masuk Sorga. Tetapi mereka tidak pernah mengkritik sistem yang membuat orang kaya itu kaya dan yang miskin itu tetap miskin, yaitu penghisapan manusia atas manusia. Persis seperti Farisi yang membersihkan pinggiran pinggan tapi membiarkan perampasan dan kerakusan tetap bercokol di bagian dalamnya.

Bila sosialisme secara longgar diartikan sebagai faham yang mengutamakan keadilan dan persamaan antarmanusia, dan bila sosialisme adalah faham yang menghendaki dihapuskannya praktek-praktek penghisapan manusia oleh manusia dan menjadikan kehidupan manusia tanpa sekat-sekat kelas antara kaum pemilik dan orang tak-berpunya maka tidak perlu ahli tafsir lulusan doktor teologi untuk sampai pada kesimpulan bahwa Yesus adalah sosialis.
====
**Bacaan Lepas Seri Pengantar Sosialisme Papua.
**Bagi para pembaca sosialisme Marx, Poin menarik terletak pada gagasan Marx tentang aktivitas praktis. Sekali diulangi, Marx mengatakan bahwa apa yang benar adalah apa yang bisa dipraktekkan, bukan sesuatu apa yang bisa diperdebatkan secara teoritis. Disini, Yesus dan Marx berdiri pada titik yang persis sama. Dalam Mat. 7:21, Yesus mengatakan, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.". Yesus Nazaret mengontraskan aktivitas "berseru" dan aktivitas "melakukan". 
 
"Berseru" sebagai sebuah aktivitas mulut-kritis dipandang lebih rendah dari pada "melakukan" sebagai aktivitas kritis-praktis. "Berseru" dengan intensitas yang tinggi (Tuhan, Tuhan, dituliskan dua kali berulang), dianggap tak berguna dari pada "melakukan". Mereka yang hanya bisa "berseru" malah digolongkan Tuhan sebagai pembuat kejahatan (ay. 23).
 
Penulis Adalah Victor Yeimo Ketua Umum Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Pusat Di Por Numbay 

DIALOG TIDAK AKAN MENYELESAIKAN PERSOALAN WEST PAPUA

Logo AMP (Foto, WK)
Oleh : Rinto Kogoya 

“Tulisan ini untuk mempertegas sikap  Organisasi Aliansi Mahasiswa Papua [AMP] yang menolak adanya gagasan untuk menyelesaikan persoalan Papua dengan jalan Dialog, sehingga dasar kita menolak memiliki alasan yang logis dan rasional”

Saya lansung saja menguraikan kenapa secara organisasi, AMP dengan tegas menolak gagasan Dialog yang sedang didorong oleh Jaringan Damai Papua (JDP) maupun yang akhirnya diikuti oleh Gubernur Papua, Lukas Enembe yang juga mengharapkan adanya dialog dengan pemerintah Pusat. Tapi menurut Lukas, kata dialog sebaiknya diubah dengan kata yang lebih halus.

Pertama, kenapa AMP menolak gagasan dialog yang didorong oleh Jaringan Damai Papua (JDP) dibawah kordinator Pater DR. Neles Tebay, Pr. Gagasan dialog ini muncul setelah sekian lama rakyat Papua berjuang untuk menuntut Kemerdekaan. Dan dianggap sebagai salah satu solusi penyelesaian persoalan Papua. Selain solusi demokratis lain yang diperjuangkan oleh organisasi-organisasi perlawanan di Papua seperti Hak Menentukan Nasib Sendiri melalui mekanisme Referendum dan Pengakuan Kedaulatan oleh Indonesia.

Menurut JDP, konflik di Papua yang berkepanjangan disebabkan karena beberapa faktor persoalan mendasar, diantaranya; Sejarah Politik Papua yang Belum Tuntas tentang PEPERA 1969, Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), Ketidakadilan Pembangun dan Marginalisasi. Berbeda dengan AMP yang melihat persoalan mendasar di Papua karena adanya ; Kolonialisme Indonesia, Imperialisme dan Militerisme. Tentu berbeda pula solusi yang diperjuangkan bagi penyelesaian persoalan Papua.

Menurut kami, apa yang dikemukan oleh JDP merupakan sebuah tesis atau disertasi doktoral yang coba dijadikan panduan penyelesaian persoalan, bukan merupakan sebuah hasil analisa yang tajam dan mendalam tentang Papua. Kenapa demikian? Hal ini dikarenakan JDP dalam melihat sejarah Papua hanya berpijak dari pelaksanaan PEPERA 1969 dan tidak secara menyeluruh dari tahun 1960an awal atau pertengahan atau tahun-tahun sebelumnya dimana proses awal Identitas Nasional Bangsa Papua itu lahir.

Selain sejarah politik Papua, pelanggaran HAM menjadi fokus persoalan bagi JDP. Sehingga persoalan HAM harus menjadi satu bagian yang didialogkan. Sebenarnya apa yang diharapkan oleh JDP? Untuk memperjuangkan HAM rakyat Papua? Saya ajukan satu pertanyaan, sudah berapa banyak para pelaku pelanggar HAM yang diadili oleh Pengadilan Indonesia dan hasilnya benar-benar memberikan rasa keadilan untuk rakyat Papua? Apalagi bagi Indonesia, mereka yang melakukan pelangaran HAM dianggap “Pahlawan”. Semua pengadilan terhadap pelaku pelanggar HAM di Papua hanya formalitas belaka diatas meja sidang, untuk menunjukan kalau Indonesai menghargai HAM rakyat Papua. Menurut kami, pelanggaran HAM merupakan efek dari sebuah pendudukan atau penjajahan yang dilakukan oleh Indonesia untuk mempertahankan hegemoninya atas Papua. Sehingga, untuk menghentikan terjadinya pelanggaran HAM, rakyat Papua harus hidup merdeka dan bebas dari dari sebuah penjajahan yang sedang dilakukan oleh Indonesia.

Dua soal lain yaitu ketidakadilan pembangunan dan marjinalisasi juga menjadi fokus JDP dalam konsep dialog yang ditawarkan. Kembali kami pertegas, bahwa kolonial akan selalu mendominasi wilayah yang dikoloni baik secara ekonomi politik maupun sosial kebudayaan. Kolonial selalu menghambat laju perkembangan kemajuan disemua aspek kehidupan rakyat di wilayah yang dikoloni. Mengharapkan adanya kemajuan dalam pembangunan dan rakyat Papua tidak termarjinalkan adalah mengharapkan sesuatu yang mustahil. 

Sehingga kembali ke penafsiran masing-masing, yaitu Papua itu bagian dari Indonesai atau wilayah yang dikoloni atau dijajah oleh Indonesia? Jika Papua bagian dari Indonesia, dan mengharapkan adanya perbaikan kesejahteraan, maka yang harus diperjuangkan adalah transformasi industri manufaktur kebutuhan pokok (sandang, pangan dan papan) rakyat yang berpusat diwilayah lain di Indonesia seperti Jawa, Sumatera dan Sulawesi ke Papua. Lahir pertanyaan baru, apa hal itu mau dilakukan oleh Indonesia terutama kaum pemilik modalnya? Jelas itu sesuatu yang mustahil karena industri selalu membutuhkan pasar dan tenaga kerja, dan Papua bukan pasar yang menguntungkan dari sisi jumlah penduduk yang ada saat ini dibanding daerah lain di Indonesia apalagi kesediaan tenaga kerja.

Penjelasan diatas terkait konsep dialog yang ditawarkan oleh JDP yang dengan tegas ditolak oleh AMP. Selain penolakan atas konsep dialog, tidak adanya kesepahaman bersama antar organisasi perlawanan di Papua yang pro dialog dan kontra dialog akan menjadi bumerang bagi rakyat Papua. Bagaiman dengan sayap militer gerakan Kemerdekaan Papua TPN-PB yang dengan tegas menolak bentuk-bentuk kompromi seperti dialog? Saya kira Tim 100 pada tahun 1999 juga telah melakukan tahapan dialog dengan Indonesia, menghasilkan OTSUS yang oleh Indonesia dianggap sebagai solusi dan tidak bagi rakyat Papua yang menghendaki Kemerdekaan.

Kedua, kenapa AMP menolak dengan tegas gagasan dialog yang diusung oleh Gubernur Papua, Lukas Enembe? Dari apa yang diutarakan oleh Lukas Enembe bahwa bukan kata dialog tapi diubah dengan kata yang lebih halus, maksudnya? Dan dialog yang dilakukan berkaitan dengan kesejahteraan. Hal ini menandakan bahwa Lukas ingin hadir sebagai sosok “Pahlawan Kesiangan” bagi rakyat Papua. Selain itu, menunjukan kalau Lukas tidak memahami mekanisme dalam birokrasi yang ia pimpin. Apa tidak ada cara lain untuk mengurus masalah kesejahteraan rakyat Papua? Seperti ; rapat konsultasi atau rapat kerja atau dengan kata yang lebih halus “diskusi” dengan birokrasi diatasnya yaitu pemerintah pusat untuk membahas bagaimana mengatasi masalah kesejahteraan di Papua.

Menurut kami, ada tidaknya dialog antara pemerintah provinsi Papua dan pemerintah pusat tidak akan mengubah eskalasi perlawanan rakyat di Papua. Karena, baik pemerintah provinsi Papua maupun pemerintah pusat adalah satu rangkaian birokrasi yang saat ini sedang menjajah Papua. 

Saya merasa penting untuk menjelaskan bagaimana kolonialisme Indonesia tetap berlangsung dan terjadi di Papua. Kolonialisme adalah “kebijakan dan praktek kekuatan dalam memperluas kontrol atas masyarakat lemah atau daerah”. Kolonialisme selalu memiliki sifat yang arogan dan ekspansionis. Tujuan utama kolonialisme adalah menguras sumber kekayaan, sedangkan kesejahteraan dan pendidikan rakyat daerah koloni, tidak diutamakan. Dari pengertian dan tujuannya jelas bahwa Papua sedang di jajah oleh Indonesia. Kolonialisme Indonesia berlangsung di Papua melalui mesin birokrasi, sistem politik yaitu pemilu dan penempatan militer (TNI-Polri). Birokrasi yang ada di Papua saat ini merupakan perpanjangan tangan atau pelaksana dari birokrasi pemerintah penjajah Indonesia. Birokrasi dan sistem politik seperti pemilu tujuannya untuk memperkuat legitimasi kekuasaan politik Indonesia atas Papua. Sehingga, penting untuk memajukan kesadaran rakyat Papua tentang bagaimana Kolonialisme Indonesia itu berlangsung di Papua, untuk kemudian rakyat Papua dapat menentukan sikap politiknya.

Tentu AMP tidak hanya menolak, Hak Menentukan Nasib Sendiri (The Right to Self Determination) bagi rakyat Papua merupakan solusi demokratis yang menurut kami dapat menyelesaikan persoalan Papua. Seperti apa yang dikatakan oleh Pdt. I.S. Kijne pada 25 Oktober 1925 di Wasior-Manokwari ”Di atas batu ini saya meletakkan peradaban orang Papua, sekalipun orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat tetapi tidak dapat memimpin bangsa ini, bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri”. AMP juga memiliki keyakinan bahwa rakyat Papua dapat memimpin dirinya sendiri dan dapat menjalani hidup dengan  sejahtera, adil, demokratis dan bermartabat jika Papua Merdeka. 

Akhirnya, kami menyerukan kepada seluruh organisasi perlawanan Papua untuk menghilangkan ego dan faksisme dan bersama-sama memperjuangkan Kemerdekaan Sejati Rakyat Papua untuk hari depan Papua yang lebih baik. 

Salam!
Penulis adalah Ketua Umum Komite Pimpinan Pusat AMP [Ketum KPP AMP]
___________________________________________
Sumber : http://komitepusatamp.blogspot.com
SEO: Download Free software,Learn Photoshop,Free Engineering

JENIS DAN SIKAP MAHASISWA PAPUA BARAT

Ilustrasi Mahasiswa Papua Pejuang, Hiller Ts  (foto, kobogaunews.com)
Setelah mengetahui memahami perjalanan panjang, aksi penjajahan nation-state lain atas Wilayah Papua Barat dan Perjuangan Kemerdekaan Papua Barat dalam menghadapi penjajahna itu,maka mahasiswa di hadapkan kepada tiga pilihan kepeberpihakan secara umum. Pertam, Memihak kepada penjajah. Kedua, Memihak kepada Rakyat Papua Barat. Ketiga, Tidak memihak apa-apa dan siapa-siapa(netral atau tidak tau apa-apa).

Untuk mengambil sikap, pertama-tama harus mengetahui dan mengevaluasi diri kita masing-masing mengenai, “diaman” letak kita sebagai Mahasiswa selama ini dalam perjuangan kemerdekaan Papua Barat. Setelah itu kita akan menetukan sikap kita dalam perjuangan kemerdekaan Papua Barat. Untuk itu, maka berikut ini dijelaskan jenis-jenis mahasiswa Papua dalam perjuangan kemerdekaan Papua Barat dan sikap yang diambil kedepan.
1.      JENIS MAHASISWA PAPUA BARAT
Secara umum mahasiswa Papua Barat dikategorikan dalam enam jenis mahasiswa dalam memandang dan mengapai perjuangan kemerdekaan Rakyat Papua Barat untuk merdeka lepas dari NKRI dan pendukungnya (terutama Negara Dunia Pertama). Walaupun sama-sama menyandang intel “ mahasiswa” dan walaupun sama-sama merasa diri sebagai orang Papua, tetapi mempunyai perbedaan yang cukup tajam antara satu sama lain. Keenam jenis mahasiswa Papua Barat itu adalah:
a.      Jenis Mahasiswa Cari Makan
Jenis mahasiswa cari makan adalah mereka yang hanya memikirkan perut mereka. Mereka ini mempunyai banyak urusan dengan Negara Indonesia untuk mendatangkan keuntungan bagi mereka, kebanyakan dari mereka anak-anak para pejabat yang mempunyai kedudukan yang sangat penting di Negara Indonesia, atau mempuyai perusahan, LSM dan lainnya. Kebanyakan dari jenis mahasiswa ini selalu mendukung Otonomi Khusus Papua, Pemekaran Provinsi/Kabupaten dan lainnya sebagai “ lahan” untuk mencari makan.
b.      Jenis Mahasiswa Papua Malas Tahu
Jenis mahasiswa malas tahu adalah jenis mahasiswa yang kalau Papua Barat merdeka mereka terima, kalau tidak merdeka juga mereka tidak mempermasalahkannya. Kebanyakan mereka adalah orang yang mau tahu tentang sekarang, bukan besok (masa depan). Kalau kelompok yang mendukung Otonomi Khusus dan Pemekaran Provinsi/Kabupaten mempengaruhinya mereka mau ikut juga, tetapi tidak sepenuh hati, hanya sekedar saja.
c.       Jenis Mahasiswa Ikut Ramai ( Panas-Panas Tahi Ayam)
Jenis mahasiswa Ikut Ramai adalah mahasiswa yang bersemangat, mereka teriak merdeka atau Otonomi Khusus atau Pemekaran. Mereka muncul dengan semangat yang membara, malah ada yang bersumpah akan mati demi Papua Barat Merdeka. Tetapi kalau ada program Otonomi Khusus dan Pemekaran Provinsi/Kabupaten, mereka selalu ajukan permohonan bantuan dalam bentuk apa saja, atau terlibat dalam urusan pemerintah NKRI dengan semangat yang membarapula. Kelompok ini muncul dengan sikap seperti itu karena kurangnya pendidikan politik.
d.      Jenis Mahasiswa Menunggu Uluran Tangan
Jenis mahasiswa Menunggu Uluran Tangan adalah jenis mahasiswa yang selalu menunggu dukungan dari pihak lain. Mereka selalu memasang telinga untuk mendengar berapa orang non-Papua yang medukung kemerdekaan Papua Barat, berapa LSM yang mendukung kemerdekaan Papua Barat, beberapa Negara yang mendukung kemerdekaan Papua Barat, dan lainnya. Jika ada dukungan mereka akan bersemangat dan akan menjadikannya sebagai buah bibir, tetapi jika tidak ada dukungan dari pihak lain mereka akan selalu diam. Kelompok ini adalah mahasiswa yang tidak percaya diri dan menggantungkan kemerdekaan Papua Barat kepada pihak lain di luar dari mereka.
e.       Jenis Mahasiswa Nekat (Membabi-buta)
Jenis mahasiswa Nekat (Membabi-buta) adalah mereka yang tidak peduli dengan apapun juga. Yang mereka mau adalah Papua Barat harus merdeka dengan cara apa saja. Mereka cenderung membenci orang Jawa, orang Islam, orang barat dan lainnyayang merugikan hidup mereka atau mengorbankan perjuangan mereka. Perjuangan dengan jalan membabi-buta dan membenci orang lain sangat sulit untuk mendapakan dukungan dari pihak lain, karena kecenderungan mereka bukan untuk Papua Barat merdeka tetapi karena membenci orang, golongan dan negara lain yang mengorbankan kemerdekaan Papua Barat.
f.       Jenis Mahasiswa Pejuang
Jenis mahasiswa Pejuang adalah mahasiswa yang telah mengetahui dan memahami “ masalah Papua Barat” . Mereka matang dalam pendidikan politik, peduli dengan penderitaan Rakyat Papua Barat, sadar bahwa mereka dan rakyat mereka sedang dijajah. Mereka ini selalu memperjuangkan kemerdekaan Papua Barat kapan saja, dimana saja dengan jalan yang efektif dan efisien dengan pemahaman dan pengetahuan yang matang tentang perjuangan kemerdekaan Papua Barat. Mereka inilah yang secara nyata terlihat dalam barisan rakyat Papua Barat untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Mereka mempunyai satu cita-cita dan tujuan bangsa dan rakyatnya, yaitu “ Papua Barat Merdeka”, karena itu mereka sangat sulit untuk dipengaruhi oleh musuh, sehingga mereka akan selalu dibenci oleh musuh perjuangan mereka. Inilah mahasiswa Papua Barat yang tulen dalam perjuangan kemerdekaan Papua Barat.

2.      SIKAP MAHASISWA PAPUA BARAT
Sebuah kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa Papua Barat adalah orang Papua, berkebangsaan Papua, mempu mempunyai ras negroid dari rumpun Melanesia dengan ciri fisik berkulit hitam dan berambut keriting. Ini adalah sebuah kenyataan. Mahasiswa Papua Barat juga adalah orang yang mempunyai wilayah sebagai tempat tinggalnya dan hidup di wilayah itu. Ini juga kenyataan.

Walaupun demikian, tidak semua mahasiswa sadar bahwa mereka adalah orang Papua. Mereka tidak sadar bahwa rakyatnya, yaitu orang tua dan sanak-saudaranya sendiri sedang terjajah, dan lebih gawat adalah mereka sendiri sering menggadaikan diri sambil menyangkal bahwa mereka bukan orang Papua. Ini sesuatu yang ironi.

Untuk itu, agar dapat sadar diri sebagai orang Papua, dan memahami dinamikan kebudayaan bangsanya dan rakyatnya, maka mahasiswa Papua Barat harus mempunyai sikap yang tegas dalam menaggapi dinamika kehidupan yang terjadi di Papua Barat tanpa harus menjadi orang munafik. Untuk sampai kepada pengambilan sikap secara tegas dan konsisten dalam perjuangan kemerdekaan Papua Barat, maka beberapa langkah harus dilakukan, yaitu :

a.      Sadar Diri
Pertama-tama harus duduk dan merenung sebentar dan sadarlah bahwa kita adalah orang Papua. Sadarlah bahwa kita tidak sama dengan orang lain. Sadarlah bahwa kita mempunyai pengalaman hidup yang berbeda dalam segala hal. Setelah itu ambillah kesimpulan bahwa kita mempunyai harga diri, kita mempunyai bangsa, kita berhak menjadi negara merdeka, dan lainnya yang mengingatkan dan menyadarkan kita bahwa kita mempunyai harga diri sebagai manusia, yaitu manusia Papua yang mempunyai kedudukan yang sama dengan manusia dan bangsa lain di dunia ini.
b.      Menlihat Kondisi Obyektif
Mahasiswa sebagai kaum intelektual, tentu tidak akan terlepas dari cara berpikir secara obyektif, yaitu memandang sebuah masalah secara nyat tanpa memihak apa-apa dan siapa-siapa. Karna itu lihatlah masalah Papua Barat dari sisi obyektifitasnya, lihat pula penjajahan Papua Barat oleh nation-state lain secara obyektif pula. Disana kita bisa menemukan letak kebenaran sebuah persoalan, misalnya letak kebenaran masalah Papua Barat berkaitan dengan tuntutan kemerdekaannya.
c.       Belajar
Selain harus berpikir dan bertindak secara obyektif kita juga diharapkan untuk banyak belajar. Belajar tidak harus di kampus (pendidikan formal), tetapi belajarlah diluar kampus, belajarlah untuk memahami realita sosial, belajarlah untuk mendengarkan rapat tangis Rakyat Papua Barat, dan belajar untuk memetahkan sebuah persoalan secara benar. Pelajaran yang kita butuhkan di luar kampus misalnya adalah pendidikan politik, pelatihan jurnalistik, manajemen sumber daya manusia, latihan kepemimpinan dan lainnya. Disanalah kita bisa mengambil banyak ilmu dan pengetahuan untuk bekal perjuangan kita ke depan.
d.      Berjuang
Menjadi pejuang dalam memperjuangkan kemerdekaan Papua Barat tidak sulit. Cukupkanlah kita mempunyai kemauan yang sungguh-sungguh bahwa kita mempunyai cita-cita kebenaran di masa depan, bahwa Papua Barat harus merdeka. Sementara mengenai taktik dan strategis perjuangan kita bisa menggunakan banyak cara asalkan kita tahu cara-cara tersebut. Untuk memulai menjadi pejuang kita harus memulai dengan cara kita masing-masing, sedikit demi sedikit, dan dari diri kita masing-masing. Sehingga dengan cara masing-masing sedikit demi sedikit, dan diri kita sendiri, kita akan menciptakan barisan pejuang yang panjang, banyak cara yang efektif dan akan membawa kemerdekaan Papua Barat itu kesebuah alam yang nyat, yaitu di atas “ Tanah Tumpah Darah Papua Barat yang kita cintai.”
Selamat Bekerja***
Salam Pembebasan
“ Persatuan Tanpa Batas Perjuangan Sampai Menang’
Salam Revolusi
“ Bersama Kebenaran Sejarah Sang Bintang Kejora”

Penulis Kembali Adalah Wenas Kobogau  Aliansi Mahasiswa Papua [AMP] Komite Kota Bandung 

Catatan : Sebenarnya Menurut Sem Karoba, dkk., ada tujuh jenis orang Papua dalam cara pandang dan cara tindak dalan   menepatkan diri terhadap perjuangan kemerdekaan Papua Barat. Bagian ini diambil dikutip dari pendapat Sem Karoba, dkk. Dengan banyak perubahan dalam tulisan ini. Selengkapnya lihat : Sem Karoba, dkk., Masyarakat Adat Menggugat: Mengungkap Para Musuh Masyarakat Adat dan Cara Melawan Mereka, Watch Papua, Yogyakarta, 2004. Hal 74.
 

ARTIKEL & OPINI